Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu
yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah
peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
A.
Pengertian pendekatan Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
B. Pemikiran
tentang belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran
tentang belajar sebagai berikut.
1. Proses belajar
- Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa
harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
- Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat
sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu
saja oleh guru.
- Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang
dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang
mendalam tentang sesuatu persoalan.
- Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan
menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan.
- Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
menyikapi situasi baru.
- Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
2. Transfer Belajar
- Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan
dari pemberian orang lain.
- Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas
dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
- Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar
dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai
Pembelajar
- Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar
dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar
dengan cepat hal-hal baru.
- Strategi belajar itu penting. Anak dengan
mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang
sulit, strategi belajar amat penting.
- Peran orang dewasa (guru) membantu
menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
- Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru
bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan
ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka
sendiri.
4. Pentingnya
Lingkungan Belajar
Belajar efektif itu dimulai dari
lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas,
siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
Pengajaran harus berpusat pada
bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih
dipentingkan dibandingkan hasilnya.
Umpan balik amat penting bagi siswa,
yang berasal dari proses penilaian yang benar.
Menumbuhkan komunitas belajar dalam
bentuk kerja kelompok itu penting.
C. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,
bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,
langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
- Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri
untuk semua topik
- kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya.
- Ciptakan masyarakat belajar.
- Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
- Lakukan refleksi di akhir pertemuan
- Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara
D. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
(constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan
tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif
secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur
pengetahuanyang dimilikinya
· Membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
· Pembelajaran
harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
(Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang
terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan
(hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion)
· Proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
· Siswa
belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
(Questioning).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya
berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3)
membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian
pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi
pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
· Kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
· Bagi
siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat
Belajar)
(Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil
pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar
diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke
yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua
kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
· Sekelompok
orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
· Bekerjasama
dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
· Tukar
pengalaman.
5. Modeling (Pemodelan)
Pemodelan pada
dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru
menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari
luar.
· Proses
penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
· Mengerjakan
apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
(Reflection).
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari
aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh
hari itu.
· Cara
berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
· Mencatat
apa yang telah dipelajari.
· Membuat
jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian
Yang Sebenarnya)
Penilaian yang sebenarnya ( Authentic
Assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran
berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian
adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian
dilakukan terhadap proses maupun hasil.
· Mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa.
· Penilaian
produk (kinerja).
· Tugas-tugas
yang relevan dan kontekstual
E. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
·
Kerjasama
·
Saling menunjang
·
Menyenangkan, tidak membosankan
·
Belajar dengan bergairah
·
Pembelajaran terintegrasi
·
Menggunakan berbagai sumber
·
Siswa aktif
·
Sharing dengan teman
·
Siswa kritis guru kreatif
·
Dinding dan lorong-lorong penuh
dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
·
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor
tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
F. Menyusun
Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi
tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik
yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media
untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana
pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program
pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi,
yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional
lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan
operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan
pada skenario pembelajarannya.
H. Kelebihan dan kekurangan pendekatan
Kontekstual
Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran
lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena
metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan
mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa
agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
0 komentar:
Posting Komentar