Minggu, 26 Februari 2017

Teori Belajar Humanistik/Sosial dan Penerapannya dalam Pembelajaran


Nama   : Anis Suhartatik
NIM    : 150341600910
Off      : B
Teori Belajar Humanistik/Sosial dan Penerapannya dalam Pembelajaran
         Belajar merupakan suatu proses yang aktif, dimana dari proses tersebut telah didapatkan hasil belajar berupa perubahan pengetahuan, sikap, maupun tingkah laku. Banyak teori yang menyinggung tentang belajar, seperti teori behavioristik, teori kognitif, teori konstruktiv, dan teori humanistik. Pada kajian kali ini akan membahas mengenai teori BELAJAR HUMANISTIK dan penerapannya dalam pembelajaran. 
Teori belajar humanistik merupaka suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengedepankan potensi dirinya. Teori ini juga menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya   Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian kajian psikologi belajar (Ahmadi, 2007).
A. Pandangan tokoh-tokoh Humanisme terhadapat belajar
        Pandangan tokoh-tokoh Humanisme menurut Budiningsih (2005) sebagai berikut.
1. David A.Kolb
      Dalam teori belajar, David Kolb lebih melihat pada sudut pandang perkembangan manusia dengan melihat kejadian-kejadian, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.  David A. Kolb dikenal dengan teori gaya belajar dan belajar pengalaman.Menurut Kolb, belajar pengalaman merupakan proses belajar dimana pengetahuan hasil dari kombinasi yang berbeda dari menangkap dan mentransformasikan pengalaman. Peserta didik dapat memahami pengalaman melalui pengalaman konkret dan diubah akhir menjadi eksperimentasi aktif.
        Kolb seorang ahli penganut aliran humanistik membagi tahap-tahap belajar menjadi 4, yaitu :
a. Tahap pengalaman kongkret
       Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritrakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar.
b. Tahap pengalaman aktif dan reflektif
        Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktifterhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap ke dua dalam proses belajar.
c. Tahap konseptualisasi
      Tahap ke tiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya. Berfikir induktif banyak dilakukan untuk merumuskan suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.
d. Tahap eksperimentasi aktif
      Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Berfikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia tidak lagi mempertanyakan asal usul teori atau suatu rumus, tetapi ia mampu menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai sebelumnya.
2. Bloom dan Krathwohl
       Bloom dan Krathwohl adalah penganut aliran humanis yang lebih menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh peserta didik setelah melakukan peristiwa belajar. Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh siswa,yang tercakup dalam tiga kawasan :
a. Kawasan kognitif
   Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak, seperti pengetahuan dan keterampilan berpikir adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam kawasan kognitif itu terdapat enam tingkatan proses berpikir peserta didik, mulai dari tingkat terendah sampai tingkat yang tertinggi, meliputi:

1) Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2) Pemahaman (menginterpretasikan)
3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
4) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
5) Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, dan metode)
b. Kawasan afektif
     Kawasan  ini  mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap. Tingkatan kawasan afektif, sebagai berikut:
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2) Merespon (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai-nilai)
4) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya)
5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagian dari pola hidupnya)
c. Kawasan psikomotor
     Kawasan ini meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Tingkatan kawasan psikomotor adalah sebagai berikut:
1) Peniruan (menirukan gerak)
2) Manipulasi (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan gerak sekaligus dengan benar)
5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
3. Honey dan Mumford
    Berdasarkan teori Kolb ini,Honey dann Mumford membuat penggolongan siswa.Menurut mereka,ada 4 macam atau tipe siswa yakni :
a. Aktivis
    Ciri-ciri siswa yang bertipe aktivis adalah siswa suka melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru,cenderung berpikiran terbuka,mudah diajak berdialog.Dalam proses belajar,mereka menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal baru,seperti problem solving.Akan tetapi,mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lama dalam implementasi.
b. Reflektor
         Ciri-ciri siswa yang bertipe reflector adalah cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah.
c. Teoris
       Ciri-ciri siswa yang bertipe teoris adalah sangat kritis,senang menganalisis,dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif.
d. Pragmatis
       Ciri-ciri siswa yang bertipe pragmatis adalah menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari segala hal.
4. Carl R. Rogers
     Belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung apabila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Belajar dan pembelajaran lebih bersifat manusiawi, pribadi, dan penuh makna. Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna, yaitu belajar yang melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik. (2) belajar yang tidak bermakna, yaitu belajar yang  melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik dapat belajar karena keinginan untuk mengetahui dunianya. Peserta didik memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil.
       Menurut Roger, dalam teori humanisme pendidik berperan sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam: (1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada peserta didik, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai peserta didik sebagaimana adanya.
     Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanisme yang penting, diantaranya adalah:
1) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami
2) Belajar yang signifikan terjadi apabila subject matter dirasakan peserta didik mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri
3) Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri, diangggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya
4) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil
5) Apabila ancaman terhadap diri peserta didik rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar
6) Belajar yang bermakna diperoleh peserta didik dengan melakukannya
7) Belajar diperlancar bilamana peserta didik dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
5. Maslow
       Menurut Abraham Maslow,individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis.Setiap individu mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berkembang,takut untuk mengambil keputusan,takut membahayakan apa yang sudah ia miliki.Individu juga memiliki dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan,keunikan diri,berfungsinya semua kemampuan,kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
        Pembelajaran humanisme cenderung mendorong peserta didik untuk berpikir induktif,yakni dari contoh ke konsep,dari konkret ke abstrak,atau dari khusus ke umum.Teori ini mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar mengajar.Pembelajaran berdasarkan teori humanism ini cocok untuk diterapkan untuk pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,dan analisis terhadap fenomena social.
     Maslow mengansumsikan bahwa dalam diri manusia ada dua hal, yaitu (1) suatu usaha yang positif untuk berkembang, dan (2) kekuatan untuk melawan atau menolak hambatan untuk berkembang. Manusia mempunyai potensi untuk maju dan berkembang berarti manusia akan mengalami pematangan melalui lingkungan yang menunjang dan usaha aktif dari diri sendiri untuk merealisasikan potensinya. Manusia yang melakukan kekerasan pada dasarnya karena kodrat batinnya dibelokkan atau karena lingkungan yang salah.
B. Kelebihan dan Kekurangan  Teori Belajar Humanisme
Kelebihan dan Kekurangan  Teori Belajar Humanisme menurut Sani (2013) adalah sebagai berikut.
a. Kelebihan teori humanisme  adalah :
1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
2. Individu itu cenderung mempunyai kemampuan / keinginan untuk berkembang dan percaya pada kodrat biologis dan ciri lingkungan
3. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
4. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
5. Aliran humanisme tidak menyetujui sifat pesimisme, dalam aliran humanisme individu itu memiliki sifat yang optimistic
6. Teori Humanistik sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya(Dr.C.Asri Budi Ningsih,2005:76).
7. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang dirumuskan dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakikat kejiwaan manusia.
b. Kekurangan teori humanisme  adalah :
1. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
2. Terlalu memberi kebebasan pada siswa.
3. Teori humanisme terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
4. Teori humanisme, seperti halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji dengan mudah
5. Banyak konsep dalam psikologi humanisme, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif
6. Teori ini dianggap lebih dekat dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan(Dr.C.Asri Budi Ningsih,2005:76).
7. Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
C. Implikasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran
     Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
       Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center)yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu:
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti peserta didik yang lain.
7. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untukmenganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. 
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Budiningsih, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sani,Ridwan Abdullah.2013.Inovasi Pembelajaran.Jakarta;Bumi Aksara

0 komentar:

Posting Komentar