Teori Belajar Sibernetik Dan
Penerapannya Dalam Pembelajaran
Teori Sibernetik ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar
adalah pengolahan informasi.Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori
belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan
belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa,
terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses
pengolahan informasi. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada
satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk
semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah
informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses
belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui
proses belajar yang berbeda (Budiningsih, 2005).
Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif
yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar
memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih utama lagi adalah
sistem informasi yang akan dipelajari siswa. Teori sibernetik diimplementasikan
dalam beberapa pendekatan pengajaran (teaching approach) dan metode
pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya virtual
learning, e-learning, dll.
Teori Belajar Menurut Beberapa
Tokoh Aliran Sibernetik.
Menurut Hamzah (2006) tokoh-tokoh aliran teori
belajar Sibernetik sebagai berikut.
A. Teori Belajar Menurut Landa
Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir, di
antaranya
1. Proses
berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap,
linear, konvergen, lurus menuju kesatu target tujuan tertentu.
Contoh:
kegiatan menelepon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain.
2. Cara
berpikir heuristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju beberapa target tujuan
sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran
biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik.
Contoh
: Operasi pemilihan atribut geonetri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan
lan-lain.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi
pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam
istilah teori sibernetik adalah sistem informasi yang hendak dipelajari)
diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan
dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran
lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi
kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya, agar siswa
mampu memahami suatu rumus matematika, mungkin akan lebih efektif jika
presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik.
Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti urutan tahap demi
tahap yang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk
memahami makna suatu konsep yang lebih luas dan banyak mengandung interpretasi,
misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih baik jika proses berpikir
siswa dibimbing ke arah yang “menyabar” atau berpikir heuristik, dengan harapan
pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, motonon, dogmatik, atau
linier (Suherman, 2003).
B. Teori Belajar Menurut Pask dan
Scott
Menurut Pask dan Scott, ada dua macam cara berpikir
yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist atau menyeleruh.
Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan
algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah berpikir yang
cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
a.
Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderung mempelajari sesuatu dari tahap
yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus.
b.
Sedangkan siswa tipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik
karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan
bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh
sistem informasi yang dipelajari teori ini memandang manusia sebagai pengolahan
informasi, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah,
menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Asumsi di atas direfleksikan ke dalam suatu model
belajar dan pembelajaran. Model tersebut menggambarkan proses mental dalam
belajar yang secara tersetrukur membentuk suatu; sistem kegiatan mental. Dari
model ini dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti:
a.
Proses dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna.
b.
Proses mental tersebut mampu menyandi informasi secara bermakna.
c.
Proses mental bermuara pada pengorganisasian dan pengaktualisasian informasi.
Implementasi Teori Sibernetik dalam
Kegiatan Pembelajaran
Dalam implementasinya, teori belajar sibernetik
telah dikembangkan oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah
pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi yang
dikembangkan oleh Gagne dan Berline, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson
(Budiningsih, 2005).
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada
tiga asumsi, yaitu:
a.
Bahwa antara stimulus dan respon berpijak pada tiga asumsi, yaitu: Pemrosesan
informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b.
Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan
bentuk ataupun isinya.
c.
Salah satu dari tahapan mempunyai
kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen. Komponen
struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol).
Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa” dan Ketiga komponen
tesebut adalah:
1.
Sensory
Recoptor (SR)
Sensory Recptor (SR) merupakan sel tempat pertama
kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk
aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah
terganggu atau berganti.
2.
Warking
Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap
informasi yang diberi perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah memiliki
kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa
pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari
stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan
jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
3.
Long
Term Memory (LTM)
Dalam Long Term Memory (LTM) diasumsikan :
1) Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki
individu
2) Mempunyai kapasitas tidak terbatas
3) Sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia
tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh
kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Sejalan
dengan teori pemrosesan informasi, Asubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan
pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki
individu.
Proses pengelolaan informasi dalam ingatan dimulai
dari proses penyandian informasi
(encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge), dan diakhiri dengan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan
(retrival). Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan
belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan.
Kondisi
internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses
pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang
guru dalam mengelola pembelajaran antara lain:
1.
Kemampuan awal peserta didik
Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik
telah memiliki pengetahuan, atau keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum
mengikuti pembelajaran. Dengan adanya kemampuan prasyarat ini peserta didik diharapkan
mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kemampuan awal peserta didik
dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-cara lain yang cukup
sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
2.
Motivasi
Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertentu. Dalam proses belajar,
motivasi intrinsik lebih menguntungkan karena dapat bertahan lebih lama.
Kebutuhan untuk berprestasi yang bersifat intrinsik cenderung relatif stabil,
mereka ini berorientasi pada tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan.
Pendidik yang dapat mengetahui kebutuhan peserta didik untuk berprestasi dapat
memanipulasi motivasi dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai untuk peserta
didik.
3.
Perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima
dan memilih stimulus yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian
banyak stimulus yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik
mengarahkan diri ketugas yang diberikan, melihat masalah-masalah yang akan
diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang akan diselesaikan,
dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor internal yang mencakup: minat,
kelelahan, dan karakteristik pribadi. Sedangkan faktor eksternal mencakup:
intensitas stimulus, stimulus yang baru, keragaman stimulus, warna, gerak dan
penyajian stimulus secara berkala dan berulang-ulang.
4.
Persepsi
Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks
yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh
dari lingkungannya. Persepsi sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang.
Untuk membentuk persepsi yang akurat mengenai stimulus yang diterima serta
mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan perlu adanya latihan-latihan dalam
bentuk berbagai situasi. Persepsi seseorang menjadi lebih mantap dengan
meningkatnya pengalaman.
5.
Ingatan
Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima,
menyimpan, dan mengeluarkan kembali yang telah diterima seseorang. Ingatan
sangat selektif, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu ingatan sensorik, ingatan
jangka pendek, dan ingatan jangka panjang yang relatif permanen. Penyimpanan
informasi dalam jangka panjang dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu melalui
kejadian-kejadian khusus (episodic), gambaran (image), atau yang berbentuk
verbal bersifat abstrak. Daya ingat sangat menentukan hasil belajar yang
diperoleh peserta didik.
6. Lupa
Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan
dalam ingatan jangka panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah
diperoleh karena memang tidak ada informasi yang menarik perhatian, kurang
adanya pengulangan atau tidak ada pengelompokan informasi yang diperoleh,
mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi yang telah disimpan,
ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan tidak pernah dipakai,
materi tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai, adanya gangguan dalam
bentuk informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali.
7.
Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat
kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila
seseorang belajar, setelah beberapa waktu apa yang dipelajarinya akan banyak
dilupakan, dan apa yang diingatnya akan berkurang jumlahnya. Ada tiga faktor
yang mempengaruhi retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada permulaan
(original learning), belajar melebihi penguasaan (over learning), dan
pengulangan dengan interval waktu (spaced review).
8. Transfer
Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah
dipelajari, dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari materi yang baru.
Transfer belajar atau transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, atau respon-respon lain dari satu
situasi kesituasi lain.
Kondisi
eksternal yang sangat berpangaruh terhadap proses belajar dengan proses
pengolahan informasi antara lain:
1.
Kondisi belajar
Kondisi belajar dapat menyebabkan adanya modifikasi
tingkah laku yang dapat dilihat sebagai akibat dari adanya proses belajar. Cara
yang ditempuh pendidik untuk mengelola pembelajaran sangat bervariasi
tergantung pada kondisi belajar yang diharapkan. Gagne (dalam Budiningsih,
2008: 89) mengklasifikasikan ada lima macam hasil belajar, yakni: (a)
keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar
diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui
materi yang disajikan dalam pembelajaran di kelas. (b) strategi kognitif,
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses
internal masing-masing individu dalam memperhatikan belajar, mengingat, dan
berfikir. (c) informasi verbal, kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan
kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (d)
keterampilan motorik, kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan
gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. (e) sikap, suatu kemampuan
internal yang mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan,
serta faktor intelektual.
2. Tujuan
belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem
pembelajaran yang sangat penting, sebab komponen-komponen lain dalam
pembelajaran harus bertolak dari tujuan belajar yang hendak dicapai dalam
proses belajarnya. Tujuan belajar yang dinyatakan secara spesifik dapat mengarahkan
proses belajar, dapat mengukur tingkat ketercapaian tujuan belajar, dan dapat
meningkatkan motivasi belajar.
3.
Pemberian umpan balik
Pemberian umpan balik merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi peserta didik, karena memberikan informasi tentang
keberhasilan, kegagalan, dan tingkat kompetensinya.
Tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai
cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam
kegiatan belajar adalah :
1. Menarik perhatian
2. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada
siswa
3. Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
4. Menyajikan bahan rangsanyan
5. Memberikan bimbingan belajar
6. Mendorong unjuk kerja
7. Memberikan balikan informative
8. Menilai unjuk kerja
9. Meningkatkan retensi dan alih belajar
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada
teori pemrosesan informasi, antara lain :.
1. Cara berpikir yang berorientasi pada prses
lebih menonjol
2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek
ekonomis
3.
Kapabilitas belajar dapat disajikan
lebih lengkap
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar
kepada tujuan yang ingin dicapai
5. Adanya transfer belajar pada lingkungan
kehidupan yang sesungguhnya
6. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai
irama masing-masing individu
7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu
yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan
unjuk kerja yang diharapkan.
Menurut Budiningsih (2005) aplikasi teori belajar
sibernetik dalam kegiatan pembelajaran baik diterapkan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menentukan materi pembelajaran.
3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung
dalam materi pelajaran.
4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai
dengan sistem informasi tersebut.
5. Menyusun materi pelajaran dalam urutan
yang sesuai dengan sistem informasinya.
6. Menyajikan materi dan membimbing siswa
belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran (Hamzah, 2006)
a.
Keunggulan
1)
Setiap orang bisa memilih model
pembelajaran yang paling sesuai dengan untuk dirinya, dengan mengakses melalui
internet pembelajaran serta modulnya dari berbagai penjuru dunia.
2)
Pembelajaran bisa disajikan dengan
menarik, interaktif dan komunikatif. Dengan animasi-animasi multimedia dan
interferensi audio, siswa tidak akan bosan duduk berjam-jam mempelajari modul
yang disajikan.
3)
Menganggap dunia sebagai sebuah
'global village', dimana masyarakatnya bisa saling mengenal satu sama lain,
bisa saling berkomunikai dengan mudah, dan pembelajaran bisa dilakukan dimana
saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, sepanjang sarana pembelajaran mendukung.
4)
Buku-buku materi ajar atau sumber
pembelajaran lainnya bisa diperoleh secara autentik (sesuai aslinya), cepat dan
murah.
5)
Ketika bertanya atau merespon
pertanyaan guru atau instruktur, secara psikologis siswa akan lebih berani
mengungkapkanya, karena siswa tidak akan merasa takut salah dan menanggung
akibat dari kesalahannya secara langsung.
b.
Kekurangan
1).
Teori aliran ini tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga
menyulitkan dalam penerapan.
2).
Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba
melihat mekanisme kerja otak. .
DAFTAR RUJUKAN
Budiningsih,
Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Hamzah
B. Uno. 2006.Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara
Suherman,
Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar