Nama : Anis Suhartatik
NIM : 150341600910
Offerinh: B
TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
Setelah
mempelajari teori belajar Behavioristik, sekarang saatnya mempelajari teori
Kognitif. Berbeda dengan teori Behavioristik yang megedepankan stimulus dan
respon, sedangkan teori belajar behavioristik yang lebih mengedepankan proses
belajar daripada hasilnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga merupakan perubahan
pemahaman, dimana tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
dapat diukur.
Rumusan-rumusan
dari para ahli yang mencangkup teori belajar kognitif menurut Asri (2012)
sebagai berikut.
1. Teori Perkembangan Piaget.
Menurut
Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system syaraf.
Dengan makin bertembahnya umur seseorang maka semakin kompleks susunan saraf
dan meningkat pula kemampuannya.
Menurut Jean Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yaitu :
a. Asimilasi
yaitu proses penyatuan
(pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam
benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika
gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara
prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip
perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi.
b. Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif
ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka
berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru
dan spesifik itu yang disebut akomodasi.
c. Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut
dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga
stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara
“dunia dalam” dan “dunia luar.
Piaget juga membagi tahap-tahapa perkembangan kognitif ini
menjadi empat yaitu :
1) Tahap sensori motorik (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak mengatur sensorinya (inderanya)
dan tindakan-tindakannya. Pada awal periode anak belum dapat mengenal dan
menemukan objek, benda apapun yang tidak dilihat, tidak disentuh atau tidak
didengar. Benda-benda tersebut dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya
ada di tempat lain.
2) Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Anak sudah dapat memahami objek-objek secara
sempurna, sudah dapat mencari benda yang dibutuhkannya walaupun ia tidak
melihatnya. Sudah memiliki kemampuan berbahasa tetapi masih
menggunakan kata-kata pendek.
3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Anak sudah mulai melakukan operasi dan berpikir
rasional, mampu mengambil keputusan secara logis yang bersifat konkret, mampu
mepertimbangkan dua aspek misalnya bentuk dan ukuran.
4) Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret
aktual sebagai dasar pemikiran. Mereka dapat membangkitkan situasi-situasi
khayalan, kemungkinan-kemungkinan hipotetis, atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak.
2. Teori Belajar Menurut Bruner.
Dalam memandang proses belajar, bruner menekankan
adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Menurut bruner
perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
caranya melihat lingkungan, yaitu:
a. Tahap inaktif,
seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam memahami lingkungan sekitarnya. Dalam
memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motoriknya., seperti melalui
gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
b. Tahap ikomik,
seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar visualisasi
verbal. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan
dan perbandingan.
c. Tahap simboik, seseorang telah
mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi
oleh kemampuannya dalam berbahasa dan berlogika. Dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui symbol-simbol bahasa, logika, mataematika, dan
sebagainya..
3. Teori Belajar bermakna
Ausubel.
Menurut Ausubel,
belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang
dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah dimiliki
siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya
pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi
dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Hakikat belajar
menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar yang berkaitan dengan
penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Atau dengan
kata lain, belajar merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Dengan asumsi bahwa
setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam
bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses belajar akan berjalan dengan
baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur
kognitif tang telah dimiliki seseorang. Beberapa Prinsip Teori Ausubel adalah.
1) Proses belajar akan
terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang tlah dimilikinya
dengan pengetahuan baru
2) Proses belajar akan terjadi melalui
tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahi makna stimulus, menyimpan dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami
3) Siswa lebih ditekankan unuk berpikir
secara deduktik (konsep advance organizer)
Teori belajar Ausubel
yang dipaparkan oleh Budiningsih (2012) dibahas di bawah ini.
a) Struktur kognitif
Merupakan struktur
organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan
unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori
kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan
retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah
dimiliki siswa.
b) Subsumtive sequence
Dikatakan bahwa
pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini
berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inclusif, dan abstrak membawahi
pengetahuan yang lebih spesifik dan konkret. Demikian juga pengetahuan yang
lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan dapat
memudahkan perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya mengenai
cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke
rinci yang sering disebut sebagai subsumtive sequence menjadikan belajar lebih
bermakna bagi siswa.
c) Advance organizers
Dikembangkan oleh
Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam
merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka dalam bentuk
abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari, dan
hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kogntif siswa. Jika
ditata dengan baik, advanced organizers akanmemudahkan siswa mempelajari materi
pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarnya.
d) Skemata
Berdasarkan pada
konsepsi organisasi kognitif seperti yang dikemukakan oleh Ausubel tersebut,
dikembangkanlah oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit
yang disebut dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi
untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau
sebagai tempat mengaitkan pengetahuan baru.
Adapun aplikasi teori
kognitif dalam pembelajaran menurut Harahap (2001):
- Keterlibatan
siswa secara aktif amat dipentingkan
- Untuk
meningkatkan minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan
pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
- Materi
pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks.
- Perbedaan
individu pada siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar.
- Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap
tertentu.
- Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar
dengan baik terutama jika mendengarkan benda-benda kongrit.
- Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan,
karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
- Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
memiliki si belajar.
- Pemahaman dan retensi akan
meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau
logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
- Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar mneghafal.
- Adanya perbedaan individual
pada diri siswa pelu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi,
persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
DAFTAR
RUJUKAN
Asri Budiningsih, C. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta :
Rineka Cipta.
Budiningsih, C.Asri. 2012. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Harahap. 2001. Teori Belajar
Kognitif. (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
pendidikan/), diakses 11 Februari 2017
0 komentar:
Posting Komentar